Kamis, 20 Desember 2018

thunder times


Hati dan Logika selalu bersama, tapi tak pernah beriringan. Mereka memilih jalannya yang berbeda. Ya, sebenarnya walau mereka berjalan bersama, terkadang mereka acuh tak acuh. Tak mau bergandeng tangan, bahkan enggan menatap yang di sebelahnya. Seperti bermusuhan. Tapi keadaan menjadikan mereka satu.

Kadang Batin mempertemukan mereka, hanya untuk mengajak bicara. Tapi akhirnya mereka berselisih.
Batin hanya bisa menggelengkan kepala dan memenangkan satu di antara mereka.

Satu. Ya, cuma satu.
Dan biasanya Hati yang berkuasa.

Hati, ia lebih perasa. Tapi ia rapuh.
Logika, ia memang kuat tak terkira, tapi ia tega.

Ah, mungkin selamanya Hati dan Logika tak mampu berjalan beriringan, walau tetap harus bersama.

Suatu hari, Hati dan Logika bertemu di persimpangan.
Hati enggan menyapa, bahkan memalingkan muka.
Sungguh ia tak ingin bertemu Logika yang kejam itu. Dalam pikirnya, Logika cuma satu: kejam

Logika menyapa, mengangkat kepalanya tinggi-tinggi seolah lupa, pertempuran kemarin, perselisihan terbesar mungkin, dimenangkan juga oleh Hati. Hati yang pulang dengan kemenangan walaupun memar sana-sini.

Memarnya tak hilang juga.

"Hai, Hati, apa kabarmu hari ini?", katanya jumawa.

"Baik", Hati menjawab singkat.

"Mengapa wajahmu masih biru? Masih sakitkah seperti dihujam sembilu?", ada nada mengejek dalam setiap katanya.

Hati hanya tersenyum dan, Logika pun jelas melihat, ada bahagia tersirat.

"Ya. Masih memar. Tapi aku bahagia.", ujarnya singkat.

"Ah, dasar bodoh. Bahagia katamu? Macam bahagia karena luka-luka? Sudah gila rupanya. Apa kamu tak punya logika? Oh iya, Logika itu kan aku."

dan Logika pun tertawa. Keras dan masih jumawa.

"Bilang saja aku gila. Tapi aku bahagia. Cukup untuk mengatasi setiap luka."

dan Hati hendak berbalik pergi.
Tapi Logika menahannya.

"Tunggu! Tunggu. Aku masih ingin tahu. Mengapa kau tak mengalah saja? Ketahuilah. Jika kau saat itu mengalah, lukamu tak akan parah.", Logika akhirnya tak bisa menyembunyikan keheranannya.

"Ya. Memang."

"Lalu?"


"Memang demikian. Tapi aku tak tahu harus bagaimana bertanggung jawab pada cinta, jika aku mengalah.Aku tak tahu bagaimana harus menopangnya yang mungkin akan jauh lebih terluka, daripada luka yang kutanggung saat ini."Logika terdiam.Hati terdiam.Dan Logika angkat suara.

"Masih tak inginkah kau beri tempat juaramu padaku?"

"Tidak"

"Bilang saat kau mau."

"Tidak akan. Aku harap tidak akan."

"Baiklah", Logika menghela nafas, "Kau mau ke mana?"

Hati tersenyum, jauh lebih ramah dan tulus.

"Ke sana, ke tempat yang jauh di masa nanti. Ke depan. Pokoknya bergerak maju tanpa henti.", ujarnya dengan semangat yang mendadak hadir.

"Aku antar.", kata Logika.

"Tidak," Hati menggeleng. "Kita tetap bersama, namun selamanya kita tak beriringan. Lagipula untuk menuju ke sana ku sudah punya kawan."

"Siapa?"

"Waktu."

"Oh."

"Logika, kelak kita bertemu lagi dalam pertempuran baru. Bersama Batin yang hanya sanggup menggeleng dan mengangguk, dan memilih satu. Lain waktu. Lain kali. Dan kita tak persoalkan lagi perselisihan kemarin ini."

"Baiklah."

"Dan satu lagi," Hati menghentikan langkahnya, "Saat kita bertemu, memar ini pasti tak lagi ada."

"Kita lihat saja," Logika tergelak.


"Ah, kau kan sudah kuberi tahu aku berjalan bersama siapa."

"Siapa?"

"Waktu..."

Logika tersenyum.
Hati juga tersenyum dan melambaikan tangannya.

"Sampai jumpa, Logika."

"Sampai jumpa, Hati."

Dan di persimpangan itu mereka bertemu, dan di persimpangan itu mereka berpisah.


Jumat, 07 Desember 2018

Bayar Utang tanpa Uang





Review buku Mojok " CINTA TAK PERNAH TEPAT WAKTU"

sebelum aku membahas review buku ini, izinkanlah aku bercerita sedikit bagaimana aku mulai mengenal dan akhirnya jatuh cinta pada penerbit buku ini "Mojok". diizinkan atau tidak aku bakalan tetap cerita haha :D baca aja, lumayan buang buang waktu wkwkwk
berawal dari game Duel Otak, yang secara random memasangkan aku dengan lawan yang akunnya bernama "Dadox" entah makhluk jenis apa ini. Dan sudah jelas dia kalah dalam game ini, tapi masih penasaran (mungkin) jadi dia ajak duel lagi, sampai akhirnya di chat "jago juga.." singkat cerita sampai bahas ke aku ini cewek atau cowok,  aku ngakak dong, soalnya emang nama aku di balik "***" entah ini alibi atau tidak untuk membuktikan aku cewe minta WAnya. and then kita ngobrol banyak sampailah kepada buku. dia punya perpustakaan coba, hobi nulis, kopi, music ya tapi agak sedikit gilak dan aku masukan dalam klasifikasi makhluk nokturnal karna jarang tidur malam dan mungkin ketika tidur kepalanya ke bawah haha
untuk jenis bacaan buku, referensiku ga ada apa apanya, apalagi penerbit lokal. yaiyalah, aku selalu beli buku diskon besar besaran yang ada di gramedia jarang ada penerbit lokalnya.

"pernah baca buku-buku terbitan Mojok ga?" dia brtanya
dan aku cuma mikir, apan tuh mojok? apa yang aku pikirkan itu juga yang aku tanyakan langsung padanya. "coba baca buku buku dari penerbit Mojok, kamu pasti jatuh cinta" aku cuma berpikir "sehebat itu emangnya?"
he bet me to review buku mojok karna aku kalah main game coba. bisa bisanya game itu tak berpihak padaku.

dan bagaimana aku mendapatkan buku ini, kado ulang tahun. dari salah satu sahabatku. itu juga pake kodein semua yang ada di kontak WA coba tapi berhasil haha aku dapat empat buku dan salah satunya ini "Cinta Tak Pernah Tepat Waktu"



Judul: Cinta tak pernah tepat waktu


Penulis: Puthut EA

Penerbit: Mojok


Buku ini menceritakan tentang seseorang "Aku" yang merupakan sudut pandang pertama. tanpa nama, hanya ada "Aku" disana yang membuat pembaca aka aku sendiri berpikir siapakah "Aku" ini. dan tak menemukan jawaban hingga di halaman terakhir.
untuk pembaca fiksi romantis ala ala teenlit sepertiku, akan hancur harapannya karna novel ini tidak memberikan akhir yang bahagia.

"Aku tidak ingin cinta sejati. Tapi, biarkan aku mencicipi cinta yang bukan sesaat. Biarkan aku berjuang dan bertahan di sana. Biarkan aku tersiksa untuk terus belajar bersetia. Aku rela tenggelam disana, sebagaimana segelintir orang yang beruntung mendapatkannya.”

tak habis pikir ketika aku membaca potongan kalimat itu. seperti judulnya, memang yang di alami si tokoh dalam novel itu selalu merasakan kegagalan dalam percintaan. aku gak bisa sih bilang ini gagal. lebih tepatnya emang cintanya tidak pernah tepat waktu saja. memacu emosiku ysng baca sambil menggerutu "kok kayak gitu sih?", "yah telat, terlambat sadarnya". "oh jadi gitu sebenarnya". 

aku berkali kali terbawa suasana ketika baca buku ini, aku benar benar merasakan sefrustasi apa tokoh "Aku" disana, merasakan lukanya, bahagianya, kelucuannya. satu lagi yang aneh, bukan aneh, tapi unik. disini si Penulis novel ini masuk dalam cerita. Dan derajatnya lebih rendah dari si tokoh "Aku".

banyak hal yang aku pelajari dari si tokoh misterius ini, tentang sakit hati dan cara sembuhnya, tentang keluarga,tentang dunia penulisan, yang benar-benar pengetahuan baru bagiku  Seperti bayangan pekerjaan semacam penulis, editor, atau ghost writer. selama ini aku hanyalah penikmat, tanpa pernah berpikir bagaimana dunia yang sedang ku nikmati ini.

"Kamu jangan merasa sebagai satu-satunya orang yang menderita. Jangan berlebihan. Juga dalam menyikapi penderitaan. Selalu ada usaha-usaha dan kerja-kerja kecil yang bisa dilakukan. Kamu hanya butuh sedikit membuka mata dan telinga. Lihat, lihatlah... masih banyak orang yang bekerja dengan tulus. Masih banyak orang yang saling berbagi kebahagiaan dan harapan. Ikut, yuk..." (hlm. 112)

biasanya jika mereview sesuatu, dibalik kelebihan ada kekurangan. nah buat ku pribadi ini almost perfect. dan aku paling ga bisa menemukan kekurangannya. tapi kali ini kekurangannya cuma tidak sesuai ekspetasiku sebagai pembaca yang mengharapkan happy ending yang biasa. sayangnya penulisnya memberikan akhir yang berbeda. tapi tetap membuatku tersenum dan merasakan hangat didada.

dan teruntuk Mahluk Nokturnal Favoritku, teman baru di dunia maya, terimakasih sudah mengenalkan ku pada racun racun ini, dan aku addicted sekarang. 


ps.ku tunggu karyamu ya :) 



Jumat, 23 November 2018

Sang Mentari Pagi



hari itu pagi pertamaku di kota kelahiranku, setelah berbulan-bulanlannya berjuang di kota orang.
dan kali ini aku gagal lagi membawa pulang sebuah kemenangan.
aku tak menyerah, setidaknya untuk saat ini, entah kalau besok
hahaha... tentu saja tidak! Never!
pagi itu mengajarkan padaku, 
tetaplah kembali datang lagi, bersinar lagi
walaupun kau harus melewati kelamnya malam.
tak perduli apakah besoknya ada yang menutupi atau tidak.
terkadang memang cahayanya tak mampu menembus langit
untuk membelai lembutmu, 
melewati langit yang tertutupi awan bahkan rintik hujan.
tapi liat sekarang apa yang terpampang di hadapanku,
sebegitu indahnya.
dia tak bilang dia menang, tapi kita tau dia berhasil
dia tak katakan apa yang di laluinya hingga sampai pada titik itu
mungkin karna memang sebenarnya tak ada yang peduli
tak ada yang pernah berpikir, jikalau sang Mentari tak kembali lagi
tak ada yang mengira seberapa letih dia selama ini
ya begitulah dia..
tetap kembali, tetap mencintai sekalipun tak dicintai
sedangkan aku, hanya bisa tersenyum sambil bergumam
"terimakasih sang Mentari"
tetaplah bawa cahaya baru bukti cinta kasih dari sang Pencipta

Rabu, 21 November 2018

aku bertemu senja


entah apa yang ada di ujung lagit sana, setiap kali berlahan engkau akan meningalkannya. dan aku hanya penikmat saat saat itu. setiap kali aku bertemu denganmu aku disadarkan bahwa segala sesuatunya akan di akhiri perpisahan. entah itu karna ditinggalkan, atau meningalkan. layaknyanya sang Mentari meninggalkan langit dan berjanji akan datang lagi. walaupun mungkin bisa saja esok dia tertutupi awan gelap, hujan dan guntur. tapi dia tak beranjak tetap ada disana. sedangkan langit tak mampu menyadari hadirnya.

kau tau, aku mencintaimu sudah sejak lama. aku telah menunjukannya. tapi tertutupi. ntah kau menyadarinya atau tidak atau hanya berpura pura atau bahkan tak peduli. baiklah, tetaplah disana aku akan tetap mencintaimu seperti sebelum sebelumnya. tak peduli kau cinta atau tidak. aku akan egois untuk ini. aku akan tetap mencintaimu seperti sang Mentari mencintai Langit.

aku telah bertemu dengan senja, seperti ketika bertemu denganmu.
dan aku telah jatuh hati padah indahnya, begitu juga perasaan ini padamu.
senja itu semu, tapi tidak dengan cintaku...

R.U.L

Minggu, 18 November 2018

hati yang tertinggal di gunung



setiap kali aku bilang "rindu gunung"
percayalah, aku hanya merindukan saat dimana ada kamu. 
aku hampir  melupakanmu..
jika saja bukan karna setiap mengingatmu, aku bisa tersenyum sambil mengingat aku pernah bahagia, dan itu karnamu.
memikirkanmu sudah menjadi kebiasaanku.
ingin ku baca pikiranmu, selami dalamnya hatimu, menyatu dalam darahmu, senada dengan detak jantungmu, bernafas dalam parumu hanya untuk tau satu " apakah kau merasakan hal yang sama?"
ku akui kesalahan ku melewati batas itu. kebodohanku tak memikirkan. ku sangka pelangi, nyatanya hujan. dan aku tlah basah kuyub.
sekarang aku percaya cinta bisa sekejam ini, sesukanya datang dan pergi. tapi kenapa hadir kurang dari 24 jam dan bertahan hingga kini. maumu apa? 
mungkin ragaku telah turun, tapi tidak dengan hatiku

Rabu, 28 Maret 2018

ini bukan klarifikasi ! wkwk
untuk siapa pun yang mendengar aku memutuskan karna aku mau wisuda, itu salah besar ! nggak sama sekali.
justru liat sekarang, siapa yg udah di posisi enak hahahihi sama pasangan barunya kesana kemari. aku iri? ngga sama sekali? cemburu? nggak, sakit hati? haha apalagi itu. semua juga tau (yg deket aja sih) hati aku buat siapa. jd yg dibuatnya ini kayak ya "ooh yauda" bukan karna aku ga sayang atau apa, ya kali pacaran hampir 4 tahun ga ada rasa. cuma ya gtu...
yang aku ga terimanya pembenaran ke orang orang, "aku banyak habis kasih ke dia, udh mau wisuda eh di tinggalin."
lah aku gimana? wktu susah awal awal disini gimana? sekarang yg nikmati siapa?
ga ada maksud ngungkit ya, tp aku paling ga suka difitnah, apalagi sama yg kenal gtu" aja gatau cerita sebenarnya. satu lagi deh, terakhir. ga guna sama ku update foto" sama pacar baru atau apapun itu. mau manas"in aku? haha kek manalah mau ku bilang ya, pokoknya itu ga ngaruh apa apa. masih lebih sakit kurasa wktu dia kasih lagu itu di ulang tahunku wkwk.